Ini Peran Artificial Inteligence (AI) Dalam Perubahan Iklim

Peran Artificial Inteligence (AI) dalam perubahan iklim sangat vital dan penting. Perkembangan teknologi ini dapat mendatangkan manfaat signifikan bagi upaya menyelamatkan bumi yang sedang dilanda persoalan lingkungan seperti pemanasan global, polusi, hingga bencana ekstrem. Lalu, bagaimana AI digunakan untuk mengatasi perubahan iklim?

Berdasarkan riset John Hopkins University (JHU), sejumlah cara dapat dilakukan AI dalam membantu memerangi perubahan iklim, di antaranya:

1. Membantu Pengolahan Data Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah salah satu masalah ilmiah tersulit yang pernah dihadapi manusia. Kajian perubahan iklim mencakup sistem yang sangat kompleks dengan sejumlah besar variabel.

Ketika orang berbicara tentang perubahan iklim, mereka cenderung berfokus pada aspek fisik iklim, seperti jumlah karbon dioksida di atmosfer, suhu, tingkat curah hujan, dan pola angin. Namun, berbagai karakteristik ini dibentuk oleh planet hidup yang terus berubah.

Aspek yang menarik dari penggunaan AI dalam mencegah perubahan iklim adalah untuk menggantikan tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia seperti mengumpulkan dan mengolah data terkait iklim.

Mengumpulkan data iklim yang sangat besar dan kompleks membutuhkan waktu yang signifikan. Data ini untuk kemudian dikumpulkan, dianalisis, dan digunakan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi terbaru dan menerapkannya dalam perubahan kebijakan yang sebenarnya.

Penggunaan AI untuk mempertimbangkan elemen perubahan iklim yang terus berkembang dapat membantu kerja manusia membuat prediksi yang lebih tepat tentang perubahan lingkungan, sehingga dapat menerapkan upaya mitigasi lebih awal.

2. Membantu Mengurangi Jejak Karbon

Kegunaan lain AI adalah membantu mengurangi karbon yang dilepaskan ke atmosfer. Fungsi AI di sini dapat memberi masukan ke seluruh rantai aktivitas yang terkait dengan transisi dari ekonomi berbasis karbon ke ekonomi zero karbon.

Algoritma machine learning AI dapat digunakan untuk menganalisis penggunaan energi, transportasi, dan proses produksi perusahaan  untuk membantu pemodelan dan mengukur emisi Scope 1 dan 2  secara akurat.

Dengan memanfaatkan analitik data dan algoritme prediktif, perusahaan dapat mengidentifikasi area perbaikan yang diperlukan.

Menurut sebuah studi oleh Uni Eropa, penggunaan AI dan machine learning dalam sistem manajemen energi juga dapat menghasilkan penghematan energi hingga 15% pada bangunan komersial.

3. Memberikan Prediksi Lebih Akurat

Kecerdasan buatan menggabungkan prediksi berdasarkan tren dan pola dengan data ekstensif yang dikumpulkan. Model adalah inti dari prediksi, tetapi untuk mengandalkan model ini untuk membuat keputusan, orang harus mempercayai model tersebut. Para ilmuwan mengajukan pertanyaan “bagaimana jika”, dan pembuat kebijakan menimbang biaya dan manfaat berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis oleh para peneliti.

AI adalah salah satu alat yang memberikan wawasan tentang asal ketidakpastian terkait perubahan iklim dan yang dapat membantu kita memahami apa yang dikatakan model kepada kita, yang dapat memberi umpan balik ke program observasi yang lebih baik, menyempurnakan model, dan bahkan menggunakan AI sebagai bagian dari sistem model.

AI dapat menggantikan peran satelit yang mengorbit di luar angkasa digunakan untuk melakukan observasi dan menilai perubahan di Bumi.

Satelit dapat membantu memantau kebakaran hutan dan menentukan potensi sumber karbon dioksida yang ditemukan di lingkungan. Namun, seiring bertambahnya jumlah satelit di orbit, penting untuk memastikan bahwa ruang angkasa dapat menampung dan memelihara semua satelit yang mengumpulkan informasi dengan aman.

3. Menggantikan Peran Manusia untuk Hal Berbahaya

Aplikasi AI untuk membantu mencegah perubahan iklim adalah dengan mempermudah kerja berbahaya yang sebelumnya berisiko bagi manusia. Sebagai contoh, Arktik berubah dengan cepat dan dramatis, dengan peningkatan suhu yang didokumentasikan secara teratur. Selama musim semi, musim panas, dan musim gugur, kapal di Kutub Utara mengumpulkan data dan informasi penting lainnya yang digunakan oleh para ilmuwan dan pembuat kebijakan.

Namun di musim dingin, kondisi es di kawasan itu menyulitkan pengoperasian kapal, sehingga menciptakan kesenjangan observasi dan pengumpulan data yang signifikan.

Menggunakan robot bertenaga AI dalam skenario ini memungkinkan informasi untuk terus terakumulasi dengan teknologi yang memberikan prediksi berdasarkan tren dan pola.

AI dapat beroperasi sendiri hingga enam bulan di Cekungan Arktik untuk melakukan pengamatan dan kemudian memberi ilmuwan di JHU data yang dibutuhkan. Ini memungkinkan AI membantu kita melihat pola dalam kumpulan data yang lebih besar.

Tantangan Penggunaan AI untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Salah satu tantangan yang dihadapi untuk benar-benar memahami iklim adalah memahami kompleksitas bagian ekosistem kita, khususnya lautan kita.

Lautan menghadirkan sejumlah kesulitan, termasuk fakta bahwa sangat mahal untuk menyebarkan dan memelihara sejumlah kapal yang diperlukan untuk mengamati lautan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Sebelumnya, penggunaan robot telah umum digunakan untuk tujuan ini, tetapi kemampuan otonomnya perlu ditingkatkan. Di sinilah AI berperan.

Pengawasan dan prediksi tambahan yang diberikan AI kepada para peneliti sangat berharga, tetapi ada biaya yang perlu dipertimbangkan untuk menilai manfaat sebenarnya dari pekerjaan perubahan iklim.

Salah satu contohnya adalah AI bergantung pada komputer, dan komputer membutuhkan daya listrik untuk berfungsi, dan listrik menggunakan sumber daya.

Para ilmuwan dan peneliti harus bijak dalam penggunaan listrik yang digunakan untuk menggerakkan teknologi AI saat menilai seberapa besar manfaat teknologi tersebut dalam mengatasi perubahan iklim.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *