Urgensi Pendidikan Iklim dalam Kurikulum di Indonesia

Jagabumi.co – Perubahan iklim merupakan hal yang nyata dan dampaknya semakin terasa di seluruh penjuru dunia. Para pemimpin dunia, termasuk Presiden Joko Widodo, bahkan menyebut bahwa ancaman utama dunia saat ini bukan lagi perang, melainkan perubahan iklim.

Meski demikian, masih banyak masyarakat yang belum memahami dan bahkan belum menyadari dan menganggap enteng dampak perubahan iklim yang terjadi, terutama akibat kesenjangan pengetahuan.

Baca Juga : 10 Smart City Berkelanjutan di Dunia

Dalam hal ini, pendidikan dapat menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan tersebut, salah satunya dengan mengintegrasikan pendidikan iklim ke dalam kurikulum pembelajaran.

Pentingnya Pendidikan Iklim 

Sebagai negara kepulauan, maritim, dan agraris, Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap dampak krisis iklim. Namun, pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya krisis iklim serta pentingnya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim masih sangat minim.

Ini tercermin dari masih rendahnya pembahasan terkait perubahan iklim di ruang-ruang pembelajaran. Bahaya emisi karbon yang menyumbang pemanasan global, urgensi pengelolaan sampah yang baik, hingga pentingnya penggunaan sumber energi ramah lingkungan menjadi topik yang tak banyak dibicarakan.

Survei YouGov terhadap 26 ribu responden dari 25 negara pada Agustus 2020 menemukan sebanyak 21% responden Indonesia melakukan penyangkalan terhadap perubahan iklim.

Selain menganggap perubahan iklim tidak terjadi, responden Indonesia juga memandang bahwa perubahan iklim bukan tanggung jawab manusia. Hasil survei itu menunjukkan bahwa Indonesia mengalami krisis literasi terkait perubahan iklim.

Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dapat dimulai dengan memasukkan pendidikan iklim ke dalam kurikulum pembelajaran.

Sebuah penelitian yang dilakukan Eugene Cordero, Diana Centeno, dan Anne Marie Todd dari San José State University di Amerika Serikat (AS) menemukan adanya kaitan erat antara pengalaman mendapatkan pendidikan iklim dengan perubahan perilaku individu terkait emisi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut penelitian tersebut, terdapat dampak jangka panjang dari kursus intensif satu tahun yang mengajarkan mitigasi perubahan iklim terhadap timbulan emisi karbon individu.

Mayoritas lulusan kursus melaporkan bahwa mereka memilih jalan hidup pro-lingkungan setelah mendapatkan pendidikan. Sebagai contoh, mereka menjadi lebih bertanggung jawab dalam konsumsi, termasuk saat memilih jenis kendaraan dan makanan yang akan dibeli, dimana mereka akan memilih yang lebih ramah lingkungan.

Pendidikan iklim dapat membantu memperluas pemahaman masyarakat yang tinggal di daerah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, terutama di daerah rawan bencana.

Pendidikan iklim juga dapat memperluas pemahaman dalam mempersiapkan adaptasi dan mitigasi krisis iklim; berfungsi sebagai instrumen bagi generasi penerus agar dapat lebih paham dan sadar; dan dapat menentukan tindakan atau langkah apa yang mesti diambil sejak dini untuk menyelamatkan lingkungan. Karenanya, pendidikan iklim perlu dikenalkan di sekolah agar semua pihak dapat mendukung pengarusutamaan aksi iklim.

Peluang Penerapannya di Indonesia

Pendidikan iklim telah lama menjadi wacana berbagai pemangku kepentingan. Di level global, Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) menekankan pentingnya pendidikan, pelatihan, dan kesadaran publik di mana negara harus mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan perubahan iklim.

Baca Juga : Mengenal Kapal Pembersih Sampah Neon Moon 2 Sumbangan Coldplay

Perjanjian Paris 2015 juga menegaskan pentingnya peran pendidikan dalam meningkatkan aksi iklim. Pemerintah dan masyarakat perlu memperoleh pengetahuan dan saluran untuk memahami krisis iklim, termasuk penyebab dan pendekatan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Pada 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sempat menegaskan akan memasukkan pelajaran perubahan iklim ke dalam kurikulum di Indonesia. Untuk mendukung hal itu, pemerintah menerapkan Kurikulum Merdeka dengan harapan perubahan iklim dapat secara inklusif diajarkan di sekolah. Namun sayangnya, penerapannya masih belum merata.

Strategi yang Diperlukan

Memasukkan pendidikan iklim ke dalam kurikulum pembelajaran membutuhkan beberapa strategi, di antaranya:

  • Meningkatkan frekuensi dan materi pembelajaran tentang perubahan iklim di sekolah. Sebagai contoh, di Vietnam, sekolah-sekolah mempromosikan pendidikan tentang masalah lingkungan (termasuk perubahan iklim) yang tertuang dalam 30 persen kurikulum baru. Di Mongolia, isu perubahan iklim dimasukkan ke dalam pelajaran geografi dan biologi.
  • Menerapkan pedagogi berorientasi tindakan untuk mendukung pembelajaran berbasis keterampilan. Sistem ini dapat mendorong siswa menciptakan dan menerapkan solusi baik di tingkat sekolah maupun di luar untuk masalah degradasi lingkungan seperti kekeringan, penggundulan hutan, dan polusi udara.
  • Meningkatkan pembelajaran berbasis data dan bukti untuk mengidentifikasi, mendanai, dan menerapkan solusi pendidikan ketahanan iklim.
  • Berinvestasi dalam infrastruktur pendidikan ketahanan iklim.
  • Mendukung pembiayaan dan penganggaran dalam pendidikan berbasis iklim.
  • Memasukkan materi terkait Nationally Determined Contribution (NDC) ke dalam kurikulum sebagai prioritas untuk aksi mitigasi dan adaptasi iklim.

Seluruh pemangku kepentingan terkait, khususnya pemerintah, lembaga pendidikan, dan praktisi pendidikan, mesti berkolaborasi untuk melakukan langkah-langkah strategis dan substantif, termasuk merumuskan kerangka kerja yang inklusif dan tangguh, agar pendidikan iklim dapat segera diintegrasikan ke dalam kurikulum pembelajaran dan diterapkan secara merata di seluruh Indonesia.

Untuk mendukung hal itu, seluruh guru atau pengajar di semua tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga pendidikan tingkat tinggi, juga mesti dibekali dengan wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang perubahan iklim melalui berbagai bentuk pengembangan kapasitas.

 

Disclaimer: Artikel ini telah tayang di Greennetwork.id dan merupakan pemilik original tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed