Deforestasi di Asia: Seruan Darurat Konservasi

Hutan & Laut81 Views

Deforestasi mengacu pada penghilangan atau penghancuran hutan dan daerah berhutan, yang mengarah pada konversi kawasan hutan menjadi penggunaan lahan non-hutan.

Hutan Asia adalah  ekosistem vital  yang mendukung  kekayaan keanekaragaman hayati , menyediakan penghidupan bagi jutaan orang, dan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida.

Melalui Artikel ini, kami akan mengeksplorasi konteks sejarah deforestasi  di Asia, mengkaji kondisi deforestasi saat ini di wilayah tersebut, menyajikan studi kasus titik-titik deforestasi, dan mendiskusikan prospek dan tantangan dalam mengekang deforestasi.

Baca Juga : 10 Cara Sederhana Untuk Menghemat Air

Konteks sejarah 

Selama berabad-abad, hutan Asia telah menjadi bagian integral dari tatanan budaya dan ekonomi kawasan, menyediakan sumber daya untuk makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal.

Namun, pertumbuhan populasi, perluasan pertanian, pembangunan infrastruktur, dan praktik penebangan yang tidak berkelanjutan secara historis berkontribusi terhadap deforestasi di Asia.

Pertumbuhan penduduk yang cepat telah meningkatkan permintaan akan lahan pertanian, yang mengarah pada konversi hutan menjadi lahan pertanian.

Selain itu, proyek-proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan dan operasi pertambangan, sering mengakibatkan pembukaan kawasan hutan yang luas.

Kedatangan kekuatan kolonial di Asia dan industrialisasi selanjutnya meningkatkan penggundulan hutan, didorong oleh permintaan akan kayu, lahan pertanian, dan sumber daya alam.

Baca Juga : Mengapa Keanekaragaman Hayati Penting?

Keadaan deforestasi saat ini di Asia

Menurut  statistik , antara tahun 1990 dan 2005, Asia kehilangan sekitar 40 juta hektar hutan, mewakili penurunan tutupan hutan sebesar 12%.

Deforestasi sangat parah di Asia Tenggara, rumah bagi hampir 15% hutan tropis dunia. Wilayah ini memiliki laju deforestasi tertinggi di dunia, kehilangan 1,2% hutannya  setiap tahunnya.

Negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Filipina telah mengalami deforestasi yang signifikan. 

Pendorong utama deforestasi di Asia meliputi ekspansi pertanian, penebangan untuk kayu dan bubur kertas, pembangunan infrastruktur, kegiatan pertambangan, dan penebangan liar.

Praktik pertanian, terutama untuk komoditas seperti kelapa sawit, kedelai, dan karet, telah mendorong deforestasi skala besar di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia.

Penebangan, baik legal maupun ilegal, terus menjadi penyebab deforestasi yang signifikan di banyak negara Asia.

Konsekuensi lingkungan dan sosial dari penggundulan hutan di Asia sangat besar. Deforestasi telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, erosi tanah, polusi air, ketidakstabilan iklim, perpindahan masyarakat adat, dan terganggunya jasa ekosistem.

Penghancuran hutan mengganggu ekosistem yang rapuh, menyebabkan kepunahan banyak spesies tumbuhan dan hewan.

Deforestasi juga berkontribusi memperburuk efek gas rumah kaca, karena hutan bertindak sebagai penyerap karbon, menyerap dan menyimpan karbon dioksida.

Selain itu, masyarakat adat dan penduduk lokal yang mengandalkan hutan untuk penghidupan mereka menghadapi pemindahan dan hilangnya warisan budaya.

Baca Juga : Mengapa Spesies Yang Terancam Punah Harus Dilindungi?

Studi kasus: Hotspot deforestasi di Asia

1. Hutan tropis Kalimantan

Kalimantan, pulau terbesar di Asia, yang dimiliki oleh Indonesia, Malaysia, dan Brunei, terkenal dengan hutan hujan tropisnya yang luas, yang merupakan rumah bagi spesies unik seperti orangutan Kalimantan dan gajah kerdil Kalimantan.

Sebuah studi tahun 2020 menunjukkan bahwa antara tahun 1973 dan 2015, 50% hutan hujan Borneo hilang. Deforestasi di Kalimantan terutama didorong oleh penebangan, perluasan pertanian, dan pembangunan infrastruktur.

Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit sangat lazim, menyebabkan hilangnya habitat, penurunan keanekaragaman hayati, dan emisi gas rumah kaca.

Masyarakat adat yang mata pencahariannya bergantung pada hutan juga terkena dampak deforestasi.

Masyarakat lokal dan organisasi nirlaba seperti  WWF  di Kalimantan telah aktif terlibat dalam upaya konservasi, membangun kawasan lindung, mempromosikan mata pencaharian yang berkelanjutan, dan terlibat dalam inisiatif reboisasi.

Inisiatif yang dipimpin oleh masyarakat ini memainkan peran penting dalam melestarikan hutan Borneo dan mendukung masyarakat lokal.

2. Hutan hujan Indonesia

Indonesia adalah rumah bagi beberapa ekosistem hutan hujan paling beragam di dunia, termasuk hutan hujan tropis Kalimantan dan Sumatera yang sangat penting.

Deforestasi di Indonesia terutama didorong oleh perluasan perkebunan kelapa sawit, serta aktivitas penebangan dan pertambangan.

Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan hilangnya habitat, penurunan keanekaragaman hayati, dan peningkatan emisi karbon.

Deforestasi juga memperburuk risiko kebakaran hutan, yang menyebabkan polusi udara dan degradasi lingkungan yang meluas.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan seperti moratorium izin baru untuk konversi hutan dan inisiatif seperti program Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+).

Baca Juga : 7 Strategi Untuk Melindungi Satwa Liar

Upaya ini bertujuan untuk mempromosikan pengelolaan hutan lestari, melestarikan keanekaragaman hayati, dan mengurangi emisi karbon.

 

Deforestasi di Asia_Bagan produksi kelapa sawit_visual 5Bagan produksi kelapa sawit.

Indonesia telah mengalami kehilangan hutan yang signifikan selama dua dekade terakhir, dengan  laporan  yang menunjukkan hilangnya hampir 10 juta hektar hutan primer.

Selain itu, negara ini menyaksikan penurunan tutupan hutan sebesar 75% pada tahun 2019, menandai tingkat terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1990.

Sebuah  studi  yang dilakukan pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit menyumbang proporsi terbesar (23%) dari deforestasi di Indonesia antara tahun 2001 dan 2016.

3. Hutan Filipina

Filipina dikenal dengan ekosistem hutannya yang beragam, termasuk hutan hujan, hutan bakau, dan hutan awan, yang merupakan rumah bagi beragam spesies tumbuhan dan hewan. Antara tahun 2000 dan 2021, Filipina  kehilangan  sekitar 12% dari total tutupan pohonnya.

Deforestasi di Filipina didorong oleh berbagai faktor, termasuk penebangan, perluasan pertanian, pertambangan, dan kegiatan ilegal.

Hilangnya hutan di negara ini telah menyebabkan erosi tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, menipisnya sumber daya air, dan meningkatnya kerentanan terhadap bencana alam seperti tanah longsor dan banjir.

Masyarakat lokal dan organisasi lingkungan di Filipina telah aktif terlibat dalam proyek reboisasi, praktik pengelolaan lahan berkelanjutan, dan advokasi untuk kebijakan perlindungan hutan yang lebih kuat.

Baca Juga : 10 Smart City Berkelanjutan di Dunia

Upaya ini bertujuan untuk melestarikan hutan yang tersisa, merestorasi kawasan yang terdegradasi, dan mempromosikan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.

4. Hutan Myanmar

Myanmar memiliki kawasan hutan yang luas, termasuk hutan hujan tropis dan ekosistem unik seperti hutan bakau di Delta Irrawaddy. Hutan negara kaya akan keanekaragaman hayati, mendukung beragam flora dan fauna.

Myanmar mengalami deforestasi karena berbagai faktor, antara lain pembalakan liar, perluasan pertanian, pembangunan infrastruktur, dan pertambangan.

Negara ini menghadapi tantangan dalam mengatasi deforestasi secara efektif, disebabkan oleh tata kelola yang lemah, penegakan hukum yang tidak memadai, dan sumber daya yang terbatas.

Data mengungkapkan tingkat deforestasi di Myanmar. Antara tahun 2002 dan 2021, negara ini kehilangan sekitar 16% dari  total tutupan hutannya .

Myanmar menempati urutan ketiga secara global dalam hal laju deforestasi, setelah Brasil dan Indonesia. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), hilangnya hutan tahunan antara 2010 dan 2015 mencapai 1,3 juta hektar, yang merupakan sekitar 2% dari total tutupan pohon negara. Angka-angka ini menyoroti urgensi mengatasi deforestasi dan tantangan terkait di Myanmar.

Deforestasi di Asia_Peta deforestasi di Asia_visual 8Peta deforestasi di Asia.

Myanmar telah menerapkan inisiatif untuk memerangi deforestasi, termasuk Program Hutan Kemasyarakatan dan pembentukan kawasan lindung.

Upaya konservasi berbasis masyarakat, didukung oleh organisasi lokal dan kolaborasi internasional, bertujuan untuk melindungi hutan Myanmar, mempromosikan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat lokal.

Deforestasi di Asia_Hutan pohon bakau di Myanmar_visual 9Hutan pohon bakau di Kepulauan Mergui di Myanmar.

Upaya konservasi yang sukses dan prospek masa depan

Di seluruh Asia, ada keberhasilan penting dalam memerangi deforestasi. Pemerintah, organisasi nirlaba, dan masyarakat setempat telah berkolaborasi dalam berbagai prakarsa, termasuk program restorasi lanskap hutan, skema sertifikasi berkelanjutan, dan proyek konservasi yang dipimpin masyarakat.

Upaya restorasi lanskap hutan telah menunjukkan dampak positif, termasuk pemulihan keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, pencegahan erosi tanah, dan pemulihan  jasa ekosistem.

Proyek-proyek ini juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan masyarakat lokal, menyediakan kesempatan kerja dan mendukung mata pencaharian.

Deforestasi di Asia menimbulkan tantangan yang signifikan dan membutuhkan upaya bersama untuk mengatasinya secara efektif.

Deforestasi yang berkelanjutan akan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati lebih lanjut, peningkatan emisi karbon, ekosistem yang terdegradasi, dan dampak sosial-ekonomi yang luas.

Mengatasi deforestasi membutuhkan penguatan tata kelola, penegakan peraturan, mempromosikan praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan, mendukung mata pencaharian alternatif, dan mengakui hak-hak masyarakat adat.

Kolaborasi antara pemerintah, bisnis, masyarakat lokal, dan pemangku kepentingan internasional sangat penting dalam mencapai pengelolaan dan konservasi hutan lestari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *