Apa itu Blue Carbon? Pengertian dan Manfaatnya

Hutan & Laut64 Views

Pegiat lingkungan hidup dan kehutanan akhir-akhir ini sering menggunakan istilah karbon biru atau karbon biru. Meskipun diberi nama “karbon biru”, istilah ini sebenarnya tidak berkaitan dengan senyawa karbon dioksida yang memiliki warna biru.

Karbon biru banyak tersimpan di ekosistem pesisir dan laut. Saat ini, fokus pengembangan karbon biru di Indonesia adalah ekosistem Mangrove.

Baca Juga : 4 Manfaat Ekosistem Pesisir Yang Perlu Anak Muda Tahu

Nah! kali ini jagabumi akan mengulas tentang pengertian Blue Carbon, lebih lanjut tentang blue carbon berikut ini?

Apa Itu Blue Carbon?

Blue Carbon

Blue Carbon merupakan istilah yang berkaitan dengan jumlah karbon yang disimpan, diserap bahkan dilepaskan di dalam ekosistem pesisir laut.  Oleh karena itu, Blue Carbon berhubungan dengan perairan.

Dalam konteks blue carbon Indonesia memiliki capaian sekitar 17% dari blue carbon global atau sekitar 3.4 Giga Ton (GT) pertahun.

Dengan adanya ekosistem blue carbon yang terjaga di daerah pesisir maka secara baik akan membantu mengurangi dampak perubahan iklim.

Sebab ekosistem pesisir dapat melakukan penyimpanan dan penyerapan karbon secara baik seperti  hutan mangrove, padang lamun, estuaria, rawa air payau atau air asin, dan terumbu karang.

5 Manfaat Blue Carbon Untuk Kehidupan

1. Penyerap Carbon Efektif

Secara umum, kita harus memahami bahwa semua tindakan kita pasti akan menghasilkan hasil, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Karbon dihasilkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan secara alami, dan binatang dan tumbuh-tumbuhan akan menyerapnya.

Dibandingkan dengan ekosistem lain, ekosistem karbon biru menyerap karbon dengan efektif. Ekosistem pesisir sangat penting untuk menyelamatkan Bumi dari dampak perubahan iklim.

2. Mitigasi Perubahan Iklim

Solusi alami terbaik untuk mengatasi perubahan iklim adalah melestarikan ekosistem karbon biru. Panas matahari terperangkap di atmosfer bumi sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh efek rumah kaca atau peningkatan jumlah CO2 dan beberapa gas lainnya.

Kondisi ini menyebabkan mencairnya es di kutub, kerusakan ekosistem akibat kebakaran dan kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut yang mengakibatkan tenggelamnya daratan.

Baca Juga : 6 Cara Mengatasi Darurat Kebakaran Hutan Indonesia

Semua dampak rumah kaca ini pasti sangat membahayakan dan berbahaya jika tidak segera diperbaiki.

3. Menyerap Gas Rumah Kaca

Manfaat Blue Carbon selain menyerap gas rumah kaca juga dapat mencegah erosi, melindungi rumah warga dari pasang surut, badai, dan banjir, menangkap polutan udara dan perairan yang sering terjadi, dan menjadi habitat bagi makhluk hidup yang unik di daerah pesisir.

Syarat agar semua itu terjadi adalah dengan menjaga kelestarian ekosistem pesisir, termasuk hutan mangrove, bakau, lamun, lahan gambut, dan rawa asin.

4. Sumber Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat

Selian manfaat secara ekologis, ekosistem blue carbon juga dapat memberi manfaat sebagai sumber ekonomi dan pendapatan masyarakat.

Dengan pengelolaan yang bagus dan berkelanjutan maka daerah ekosistem pesisir juga memiliki potensi daya tarik wisata yang dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung dan liburan.

5. Sumber Daya Ikan Melimpah

Ekosistem pesisir yang kaya akan karbon biru juga menyediakan makanan bagi ikan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya ikan yang melimpah.

Di samping itu, Ekosistem pesisir juga dapat meningkatkan kualitas air dan menyediakan sumber bahan obat dan keanekaragaman ikan seperti ikan, siput, kerang, udang, dan kepiting.

5 Ancaman Kerusakan Ekosistem Blue Carbon

Sangat mungkin bahwa ekosistem karbon biru akan rusak. Hal ini karena ekosistem laut adalah yang paling banyak menyimpan karbon dibandingkan ekosistem lainnya.

Menurut CarbonEthics, ancaman terhadap laut dan ekosistem karbon biru mencakup:

1. Polusi Kimia

Salah satu konsekuensi dari tumpahan minyak yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan adalah polusi kimia yang terjadi di laut. Cairan yang sulit dibersihkan ini menyebabkan kematian makhluk laut.

Selain itu, organisme laut dirusak oleh eutrofikasi yang disebabkan oleh pupuk kimia yang mengalir ke lautan dari sektor pertanian.

Akibatnya, peraturan yang mampu mempertahankan dan mengelola ekosistem karbon biru Indonesia diperlukan.

Dalam seminar peluncuran penelitian “Ekosistem Karbon Biru sebagai Kapital Alam yang Kritis: Pengelolaan Ekosistem Karbon Biru di Indonesia”, Dr. Mas Achmad Santosa menyatakan bahwa enam elemen yang harus dikembangkan dan diperkuat dalam pengelolaan ekosistem karbon biru di Indonesia, antara lain:

  • Keamanan Tenurial
  • Pengawasan dan penegakan hukum
  • Pendanaan dan pendistribusian manfaat secara berkeadilan.
  • Kerangka hukum dan kebijakan nasional
  • Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
  • Penataan Kelembagaan
Baca Juga : 9 Manfaat Hutan Bagi Kehidupan Manusia

2. Polusi Plastik

Plastik diuraikan dalam waktu puluhan hingga ratusan tahun. Hewan laut yang mati karena memakan plastik yang mengganggu pencernaan mereka juga beredar di sosial media.

Karena banyak menghasilkan gas metana dan etilen, plastik menjadi ancaman yang dapat memperparah perubahan iklim.

3. Pengasaman Air Laut

Plankton adalah organisme penting di ekosistem laut, dan pengasaman air laut dapat menyebabkan plankton tidak dapat membentuk cangkang. Jika organisme ini mati, proses rantai makanan akan terganggu.

Banyak makhluk hidup mati akibat air laut yang asam, yang tentunya berdampak pada kehidupan masyarakat yang bergantung pada ekosistem ini.

4. Penangkapan Ikan Tak Beraturan

Sebagian besar orang menangkap ikan dengan menggunakan peralatan modern yang membahayakan habitat dan kehidupan laut, seperti bom peledak, jaring dorong, racun, dan perburuan liar lainnya.

Rantai makanan lautan akan berubah karena banyaknya ikan yang ditangkap.

5. Bergesernya Pengunaan Lahan

Hutan mangrove banyak ditebang untuk digunakan untuk tujuan lain seperti pembangunan perumahan, pertanian, dan aktivitas lainnya. Ini karena hutan ini menyimpan banyak karbon dan berfungsi sebagai penyelamat perubahan iklim baik di negara maupun di seluruh dunia.

Dinamikan Wilayah Blue Carbon Indonesia

Dengan luasnya hutan mangrove di Indonesia, karbon biru tersebar di seluruh ekosistem pesisir, termasuk hutan bakau, padang lamun, dan lahan gambut di wilayah pesisir. Hutan mangrove merupakan lokasi penting untuk penyerapan CO2 dari atmosfer, yang kemudian disimpan dan diubah menjadi biomassa tubuh.

Luasan hutan mangrove Indonesia mencapai 22,4%, atau 3,22 juta ha, dengan proporsi terbesar berada di Pulau Papua. Hutan mangrove di Indonesia masih lebih luas dibandingkan dengan Brazil dan Australia, yang hanya mencapai kurang lebih 7% dari total luasan hutan mangrove di dunia.

Dengan total cadangan karbon biru nasional sebesar 2,89 TtC, cadangan karbon biru yang dapat diserap di Indonesia mencapai 891,70-ton/ha.

Selain hutan mangrove, ada potensi blue carbon yang luar biasa di wilayah gambut pesisir. Wilayah gambut ini memiliki potensi untuk membantu penyerapan karbon dalam jumlah besar.

Baca Juga : 7 Cara Mengelola Sampah Rumah Tangga dengan baik

Semakin dalam lapisan gambut, semakin banyak karbon yang diserap dan disimpan sebagai cadangan karbon biru.

Ekosistem pesisir membantu penyerapan karbon di atmosfer dan lautan dan penyimpanannya pada daun, batang, cabang, akar, dan sedimen mendasar.

Jika dibandingkan dengan ekosistem daratan atau hutan terestrial, ekosistem pesisir memiliki kemampuan untuk menyerap karbon tiga kali lebih banyak daripada ekosistem daratan atau hutan terestrial. Namun, bagian dari ekosistem karbon biru lebih kecil daripada hutan terestrial.

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbanghut) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, cadangan karbon dibagi menjadi lima sumber, yaitu

  • Dalam Lapisan Tanah
  • Kayu Mati
  • Biomassa vegetasi hidup atau diatas permukaan tanah,
  • Biomassa vegetasi hidup yang berada pada bagian bawah permukaan tanah seperti akar,
  • Serasah atau tumpukan tumbuh-tumbuhan yang sudah mati,

Cara Perlindungan Blue Carbon

Karena pengaruh besar karbon biru, banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia berkampanye untuk pemulihan dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem pesisir.

Agar kemampuan ekosistem pesisir untuk menangkap karbon dan menyimpan karbon biru terus berlangsung, dukungan dan kerja sama antar stakeholder harus terus digalakkan.

melalui pengembangan inisiatif “Carbon Blue” atau aktifitas yang secara konsisten mempertimbangkan dampak keberlanjutan pada alam.

Selama manusia bekerja untuk mendapatkan dan mendistribusikan kebutuhan sehari-hari mereka, mereka harus mengambil inisiatif blue carbon, yang berarti mereka tidak mengubah atau mencemari lingkungan.

Ekowisata dapat menjadi alternatif untuk memanfaatkan ekosistem pesisir sambil memperhatikan kelangsungan hidup lingkungan.

Untuk pemulihan ekosistem karbon biru, juga dilakukan reboisasi tanaman pesisir seperti pohon bakau untuk terus memperluas luas ekosistem.

Baca Juga : 10 Cara Mengurangi Sampah Plastik Dengan Cepat

Banyak kampanye donasi pohon untuk wilayah pesisir juga memberi tahu masyarakat luas tentang pentingnya melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Bumi.

Banyak organisasi non-pemerintah (LSM), organisasi lingkungan, dan yayasan bekerja sama dengan perusahaan atau pemerintah untuk mendukung pemulihan karbon hitam. Mengajak masyarakat pesisir untuk merawat lingkungan mereka kembali.

Terakhir, upaya yang sangat efektif adalah menempatkan karbon biru sebagai prioritas utama dalam kebijakan.

Tujuan utamanya adalah untuk memberlakukan sanksi bagi mereka yang merusak ekosistem karbon biru dan membuat semua orang bertanggung jawab untuk mempertahankannya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *