6 Masalah Lingkungan, Salah Satunya Alih Pengunaan Lahan

Jagabumi.co_ Perubahan iklim menjadi konsen berbagai negara sebab dampaknya sudah mulai dirasakan secara nyata dan berkesinambungan. 

Kini isu lingkungan menjadi tema besar dalam diskusi publik, tidak hanya di Amerika dan Eropa namun merambah ke negara-negara perkembangan khusunya yang memiliki hutan.

Kini jagabumi akan mengulas 6 masalah lingkungan yang sedang kita alami hari ini. Selengkapnya simak ulasan berikut ini:

Baca Juga : Mengenal Kapal Pembersih Sampah Neon Moon 2 Sumbangan Coldplay

6 Masalah Lingkungan Yang Kita Hadapi Hari ini

Masalah Lingkungan

Amerika Serikat telah mencapai kemajuan besar dalam bidang lingkungan hidup pada tahun 1970an. Hal tersebut terlihat dari Undang-undang federal dan negara bagian  yang mampu mengurangi polusi udara secara signifikan.

Salah satu Undang-Undang Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act)  di Amerika telah berhasil dalam melindungi keanekaragaman hayati yang terancam.

Namun di sisi lain, ancaman perubahan iklim tidak hanya dihadapi oleh Amerika namun juga dunia. Berikut daftar masalah lingkungan hidup utama yang sedang kita hadapi.

1. Perubahan iklim

Meskipun perubahan iklim mempunyai dampak yang berbeda-beda di setiap negara namun setiap warga negara merasakan dampaknya secara nyata. 

Sebagian besar ekosistem mungkin dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim sampai batas tertentu namun penyebab perubahan semakin ekstrim maka kemampuan adaptasi ekosistem pun semakin terbatas.

Hal tersebut dapat dirasakan terutama di tempat-tempat yang telah kehilangan sejumlah spesies seperti di puncak gunung, lubang di padang rumput, Arktik, dan terumbu karang. 

Oleh karena itu, perubahan iklim adalah isu nomor satu saat ini, karena kita semua semakin sering merasakan kejadian cuaca ekstrem, musim semi yang lebih awal, pencairan es, dan naiknya air laut.

Perubahan-perubahan ini akan semakin parah dan memberikan dampak negatif terhadap ekosistem apabila kita tidak bergerak dan melakukan mitigasi perubahan iklim. 

2. Ekstraksi dan Transportasi Energi

Teknologi, harga energi tinggi dan peraturan yang permisif terhadap pembukaan industri telah memberikan perluasan pengembangan energi secara signifikan.

Contohnya di Amerika Utara, perkembangan pengeboran horizontal dan rekahan hidrolik telah menciptakan ledakan ekstraksi gas alam di timur laut, khususnya di deposit serpih Marcellus dan Utica.

Keahlian baru dalam pengeboran serpih ini juga diterapkan pada cadangan minyak serpih, misalnya di formasi Bakken di Dakota Utara.

Demikian pula pasir tar di Kanada telah dieksploitasi dengan laju yang jauh lebih cepat dalam satu dekade terakhir. Semua bahan bakar fosil ini harus disalurkan ke kilang dan pasar melalui jaringan pipa, jalan raya, dan rel kereta api.

Ekstraksi dan pengangkutan bahan bakar fosil menimbulkan risiko lingkungan seperti pencemaran air tanah, tumpahan, dan emisi gas rumah kaca.

Lokasi pengeboran, saluran pipa, dan tambang memecah lanskap sehingga menghancurkan habitat satwa liar.

Tidak hanya itu, energi terbarukan seperti tenaga angin dan matahari juga sedang familiar dan mempunyai permasalahan lingkungan tersendiri, khususnya dalam hal penempatan struktur-struktur.

Baca Juga : 10 Ciri Daun Sembukan Dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Sebab penempatan yang tidak tepat dapat menyebabkan kematian yang signifikan bagi kelelawar, burung dan hewan-hewan terbang lainnya.

3. Penggunaan lahan

Alam menyediakan habitat bagi satwa liar, ruang bagi hutan untuk menghasilkan oksigen, dan lahan basah untuk membersihkan air tawar kita. Hal ini memungkinkan kita untuk mendaki, memanjat, berburu, memancing, dan berkemah.

Alam juga merupakan sumber daya yang terbatas oleh karena itu kita meski menjaga alam harus tetap terjaga keberlangsungan kelestariannya.

Sayangnya kita alan mulai terkikis dengan pengunaan lahan secara tidak efisien, mengubah ruang alami menjadi ladang jagung, ladang gas alam, ladang angin, jalan raya dan lain sebagainya.

Perencanaan penggunaan lahan yang tidak tepat mengakibatkan perluasan wilayah pinggiran kota dan menghilangan raung-ruang hijau karena perluasan perumahan. 

Perubahan tata guna lahan ini memecah bentang alam , memusnahkan satwa liar, menempatkan properti berharga di kawasan rawan kebakaran hutan, dan mengganggu karbon di atmosfer.

Di sisi lain, peralihan pengunaan lahan menjadi industri juga menjadi permasalahan besar terutama bagi negara berkembang yang masih mencoba industrialisasi, misalanya Indonesia.

4. Polusi Kimia

Sejumlah besar bahan kimia sintetis masuk ke udara, tanah, dan saluran air. Kontributor utamanya adalah produk sampingan pertanian, operasi industri, dan bahan kimia rumah tangga. Kita hanya tahu sedikit tentang dampak ribuan bahan kimia ini, apalagi interaksinya.

Yang menjadi perhatian khusus adalah pengganggu endokrin. Bahan kimia ini berasal dari berbagai sumber, termasuk pestisida, pengurai plastik, penghambat api.

Pengganggu endokrin berinteraksi dengan sistem endokrin yang mengatur hormon pada hewan, termasuk manusia, sehingga menyebabkan beragam efek reproduksi dan perkembangan.

5. Keadilan Lingkungan

Meskipun permasalahan ini bukan merupakan permasalahan lingkungan hidup, keadilan lingkungan menentukan siapa yang paling merasakan permasalahan ini.

Keadilan lingkungan berkaitan dengan penyediaan setiap orang, tanpa memandang ras, asal, atau pendapatan, kemampuan untuk menikmati lingkungan yang sehat.

Kita mempunyai sejarah panjang mengenai distribusi beban yang tidak merata akibat memburuknya kondisi lingkungan.

Karena berbagai alasan, beberapa kelompok lebih mungkin berada dekat dengan fasilitas pembuangan limbah, menghirup udara yang tercemar, atau tinggal di tanah yang terkontaminasi dibandingkan kelompok lainnya.

Selain itu, denda yang dikenakan atas pelanggaran hukum lingkungan hidup cenderung lebih ringan jika pihak yang dirugikan berasal dari kelompok minoritas.

6. Spesies Invasif

Spesies tumbuhan atau hewan yang diperkenalkan ke suatu daerah baru disebut non-asli atau eksotik dan ketika mereka dengan cepat menjajah daerah baru mereka dianggap invasif.

Prevalensi spesies invasif berkorelasi dengan aktivitas perdagangan global kita: semakin banyak kita memindahkan kargo melintasi lautan atau kita sendiri yang bepergian ke luar negeri, semakin banyak kita membawa pulang penumpang yang tidak diinginkan.

Baca Juga : 10 Smart City Berkelanjutan di Dunia

Misalnya banyaknya tumbuhan dan hewan yang dibawa, banyak yang menjadi invasif.

Beberapa diantaranya kumbang tanduk panjang Asia dapat mengubah hutan atau menghancurkan pepohonan perkotaan. Kutu air berduri, kerang zebra, milfoil air Eurasia, dan ikan mas Asia mengganggu ekosistem air tawar di Amerika.

Dan gulma yang tak terhitung jumlahnya menyebabkan hilangnya produksi pertanian hingga miliaran dolar.

Berikut masalah lingkungan yang kita hadapi hari ini, semoga kita semakin sadar dalam menjaga bumi. Salam Jagabumi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *